Sunday, October 18, 2015

Be Thankful for the hard times, they can only make you STRONGER

Selalu ada alasan dari setiap kejadian dalam hidup kita.
 "Sakit hati itu saat kita disingkirkan, direndahkan, dianggap tidak mampu, karena alasan yang tidak masuk akal", membaca salah satu status teman yang ada di social media, tentang bagaimana rasa sakit hatinya ketika mendapat perlakuan yang tidak mengenakan, karena faktor ketidak sukaan lalu disingkirkan. 

Mungkin ada banyak kasus didunia seperti itu, hampir di banyak perusahaan, instansi pemerintah, dibeberapa negara, kadang posisi dan jabatan yang hanya sementara ini bagi sebagian orang digunakan semena-mena sesuai keinginannya, tanpa disadari membuat orang lain tersakiti, bahkan mungkin terluka. kita juga sering baca berita, tidak jarang orang menyampaikan, "karena berkata benar maka dia dipenjarakan", atau pas lagi di cafe tanpa sengaja denger curhatan orang lain, "Gw gak tahu salah gw itu apa, kenapa bos gw tiba-tiba mindahin gw ke lain divisi ya" atau "gw bingung... kenapa atasan gw ke gw galak banget ya, padahal temen gw kerjaannya cuma main games dibarin aja". Memang ada banyak ketidakadilan di dunia ini, tapi kadang membuat kita lebih bijak dalam memandang hidup, atau menjadi motivasi untuk kita agar terus berkembang, bahkan bisa juga menjadi kunci pembelajaran hidup kita menjadi lebih bijak dalam bertindak, atau bahkan langkah awal kita untuk terus berkarya dan lebih maju.
Saya akan menulis pengalaman yang saya alami, dan bukan bermaksud curhat karena masanya sudah lewat, tapi ini lebih ke pembalajaran juga buat saya. Dulu mungkin berpikir bahwa itu musibah, tapi ternyata itu memang jalan yang Allah kasih untuk menjadi lebih baik. Saya sudah siaran di radio sejak tahun 1999 belajar dan terus belajar dengan mengikuti pelatihan, dari ke-3 radio tempat saya bekerja, sesuai dengan hobi saya sebagai penyiar, produser dan reporter. Di radio terakhir dan sampai sekarang saya bekerja, saat pergantian management ada pergantian bos yang ke- 2, dengan yang sebelumnya ok-ok saja saya tidak ada masalah, seberat apapun tuntutannya tapi karena kita full team bekerja bersama rasanya tidak menjadi beban. Berbeda dengan atasan saya yang kedua, setiap pekerjaan saya selalu mendapat kritikan, kurang ini, kurang itu, yang ini gak usah, yang itu tidak boleh. Saya tipe orang yang berbicara apa adanya, sesuai kenyataan, bekerja sesuai dengan yang diajarkan dengan rules yang sudah berjalan sebelumnya, tapi mungkin pandangan bagi orang yang tidak suka sama kita pasti akan menemukan titik kelemahan dan kekurangan kita akan selalu dicari.
Sampai suatu hari, saya dipanggil bahwa jam siaran saya akan dikurangi, menjadi 1 jam dalam satu hari dengan alasan siaran saya kurang ok sebagai evaluasi, 1 bulan kemudian saya dipanggil lagi bahwa saya tidak sesuai kriteria penyiar menurut dia atasan saya, karena saya tidak bisa berbahasa Inggris. Sakit hati? Oh.. ya banget, karena saya pikir sebelumnya saya siaran baik-baik saja, kalaupun ada letak kesalahan ya diperbaiki, dan setelah saya perhatikan, semua penyiar yang dipertahankan atau yang baru direkrut juga bahasa Inggrisnya tidak bagus, bahkan atasan saya yang bilang saya tidak bagus dalam berbahasa Inggris, dia tidak bisa berbicara bahasa Inggris pula. Satu peluang, saya hanya menjadi producer dengan jam siaran weekend pagi rekaman, akhirnya saya les bahasa Inggris dengan teman saya secara private. Belajar karena merasa sakit hati awalnya, tiba-tiba saya bertemu dengan suami yang notabene adalah orang India dan komunikasi kita memakai bahasa Inggris, mungkin itu membuat saya lebih meningkatkan komunikasi saya berbahasa Inggris.
Beberapa bulan kemudian, saya dipanggil direktur dan diminta pindah divisi dari producer menjadi Media Relations dengan job desk sama halnya seperti Public Relations. Awalnya saya ragu apakah saya mampu? Tapi seiring dengan berjalannya waktu, saya bisa belajar dan bekerja, disusaikan dengan permintaan perusahaan, Alhamdulillah saya mampu. Dan sekarang saya sedang cuti tiga bulan menemani suami di Dubai, dengan se-izin owner perusahaan saya diperbolehkan. Dari peristiwa ini, saya belajar bahwa hidup kita untuk proses lebih baik itu perlu ujian dengan jalan yang berbeda-beda. Mungkin harusnya saya juga beterimakasih kepada mantan atasan saya, bahwa dari ketidaksukaannya dia terhadap saya memberi cambuk dan jalan yang lebih baik dalam kehidupan saya. Selalu ada alasan dari setiap kejadian dalam hidup kita.

No comments:

Post a Comment